ANEKA BENTUK DAN POTENSI MUKA BUMI
BENTUK MUKA BUMI
Bentuk muka bumi yang menjadi tempat tinggal manusia
akan memberikan beberapa
kemungkinan sebagai penunjang kehidupan yang terdapat
di suatu wilayah. Maka bumi
memiliki bentuk yang bermacam- macam dan selalu
mengalami perubahan dari waktu ke
waktu.
Perubahan bentuk muka bumi disebabkan oleh adanya
tenaga yang berasal dari dalam bumi
yang disebut tenaga endogen dan tenaga yang berasal
dari luar bumi yang disebut tenaga
eksogen. Akibat adanya kedua tenaga itulah yang
menyebabkan permukaan bumi memiliki
bentuk yang tidak sama. Ada yang berupa gunung, pegunungan, dataran
tinggi, dataran rendah,
bukit, lembah, dan sebagainya. Perbedaan tinggi rendah
permukaan bumi itu disebut relief.
FAKTOR PEMBENTUK MUKA BUMI DI DARATAN DAN LAUTAN
A. TENAGA ENDOGEN
Tenaga Endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam
bumi. Tenaga ini pada umumnya
memberikan berbagai bentuk relief kulit bumi dan
bersifat membangun. Tenaga endogen
dapat dibedakan menjadi tiga bagian. Pembagiannya adalah
sebagai berikut.
1) TEKTOGENETIK
Tektogenetik adalah tenaga yang berasal dari dalam
bumi yang menyebabkan adanya
perubahan letak kedudukan lapisan kulit bumi, baik
secara horizontal maupun vertikal.
Gerakan tektogenetik dikenal dengan istilah dislokasi.
Berdasarkan kecepatan gerak
lurus dan luas daerahnya, pembagian gerakan
tektogenetik adalah sebagai berikut.
a. Gerakan epirogenetik adalah gerakan yang
mengakibatkan turun naiknya lapisan
kulit bumi. Gerakan ini relatif lambat dan berlangsung
agak lama di suatu daerah
yang luas. Contohnya pembentukan kontinen atau benua.
Tanda-tanda yang
kelihatannya jelas dari gerak epirogenetik dapat
dibedakan menjadi dua.
· Epirogenetik positif (perubahan permukaan laut
positif) adalah gerak turunnya
suatu darata sehingga permukaan air laut kelihatan
naik.
· Epirogenetik negatif (perubahan permukaan laut
negatif) adalah gerak naiknya
suatu daratan sehingga permukaan air laut kelihatan
turun.
b. Gerak orogenetik adalah gerakan atau pergeseran
lapisan kulit bumi yang relatif
lebih cepat daripada gerakan epirogenetik serta
meliputi daerah yang sempit. Gerak
orogenetik menyebabkan adanya tekanan horizontal atau
vertikal pada kulit bumi
sehingga terjadilah peristiwa dislokasi, baik dalam
bentuk lipatan maupun patahan.
Lipatan (fold)
Lipatan adalah suatu kenampakan yang diakibatkan oleh
tekanan horizontal dan
tekanan vertikal pada kulit bumi yang plastis.
Lapisan yang melengkung membentuk lipatan yang besar,
punggung lipatan atau
antiklinal dan lembah lipatan atau sinklinal. Lembah
sinklinal yang sangat luas
disebut geosinklinal. Daerah ladang minyak bumi di Indonesia
umumnya terletak
pada daerah geosinklinal yang oleh J.H.F Umgrove
disebut idiogeosinklinal.
Adakalanya sebuah daerah lipatan terjadi dari beberapa
antiklinal dan sinklinal.
Deretan semacam itu masing- masing disebut
antiklinorium dan sinklinorium.
Lipatan (fold) terdiri atas berbagai bentuk, di
antaranya sebagai berikut.
· Lipatan tegak (symmetrical fold) terjadi karena
pengaruh tenaga radial,
kekuatannya sama atau seimbang dengan tenaga
tangensial.
· Lipatan miring (asymmetrical fold) terjadi karena arah
tenaga horizontal
tidak sama atau tenaga radial lebih kecil daripada
tenaga tangensial.
· Lipatan rebah (overturned fold) terjadi karena tenaga
horizontal berasal dari
satu arah.
· Lipatan menutup (recumbent fold) terjadi karena hanya
tenaga tangensial
saja yang bekerja.
Patahan (fault)
Patahan adalah gejala retaknya kulit bumi yang tidak
plastis akibat pengaruh tenaga
horizontal dan tenaga vertikal. Daerah retakan
seringkali mempunyai bagian-bagian
yang terangkat atau tenggelam. Jadi, selalu mengalami
perubahan dari keadaan
semula, kadang bergeser dengan arah mendatar, bahkan
mungkin setelah terjadi
retakan, bagian-bagiannya tetap berada di tempatnya.
· Horst (tanah naik) adalah lapisan tanah yang terletak
lebih tinggi dari daerah
sekelilingnya, akibat patahnya lapisan-lapisan tanah
sekitarnya.
· Graben/slenk (tanah turun) adalah lapisan tanah yang
terletak lebih rendah
dari daerah sekelilingnya akibat patahnya lapisan
sekitarnya.
· Dekstral terjadi jika kita berdiri potongan yang
berada di depan kita bergeser
ke kanan. Sinistral, jika kita berdiri di potongan
sesar yang satu dan potongan
di depan kita bergeser ke arah kiri.
· Block mountain terjadi akibat tena ga endogen yang
membentuk retakanretakan
di suatu daerah, ada yang naik, ada yang turun, dan
ada pula yang
bergerak miring sehingga terjadilah satu kompleks
pegunungan patahan yang
terdiri atas balok-balok litosfer.
2) GUNUNG API (VULKANISME)
Vulkanisme merupakan salah satu gejala alam yang
mencakup peristiwa yang
berhubungan dengan naiknya magma (massa cair pijar) ke permukaan bumi melalui
suatu rekahan dalam kerak bumi. Magma yang sudah
keluar disebut lava.
3) GEMPA BUMI (SEISME)
Terjadinya gempa bumi disebabkan oleh adanya pelepasan
kekuatan yang berada dari
dalam bumi, yaitu sentakan asli yang bersumber dari
dalam bumi merambat melalui
permukaan lalu menerobos permukaan kulit bumi karena
keseimbangannya yang
terganggu. Batuan kulit bumi menjadi bergeser sampai
tercapainya keseimbangan
kembali. Penyebab timbulnya gangguan keseimbangan itu
di antaranya adalah karena
tenaga dari dalam bumi, peristiwa vulkanisme,
tektonisme, dan tanah runtuh.
Menurut sebab terjadinya, gempa dibedakan menjadi tiga
macam.
a) Gempa vulkanis
Gempa vulkanis adalah gempa yang terjadi akibat
meletusnya gunung api. Apabila
gunung api akan meletus, maka timbulah tekanan gas
dari dalam. Tekanan ini
menyebabkan terjadinya getaran yang kita sebut gempa
bumi. Gempa vulkanis
hanya terdapat di daerah gunung api yang akan, sedang,
atau sesudah meletus.
Bahaya gempa ini relatif kecil, tetapi sangat terasa
di sekitarnya.
b) Gempa tektonik
Gempa tektonik disebabkan oleh gerak tektonik yang
merupakan akibat dari gerak
orogenetik. Daerah yang seringkali mengalami gempa
tektonik adalah daerah
pegunungan lipatan muda, yaitu rangkaian Pegunungan
Mediterania dan Sirkum
Pasifik. Bahaya gempa ini sangat besar sekali sebab
akibat gempa yang timbul,
tanah dapat mengalami retakan, terbalik bahkan dapat
bergeser.
c) Gempa runtuhan (terban)
Gempa runtuhan dapat terjadi karena gugurnya atau
runtuhnya tanah di daerah
tambang yang berbentuk terowongan atau pegunungan
kapur. Pada umumnya di
pegunungan kapur terdapat gua yang disebabkan oleh
korosi. Jika gua atau lubang
tersebut runtuh, maka timbullah gempa bumi. Namun,
bahaya yang ditimbulkan
gempa bumi ini relatif kecil.
Lokasi episentrum (pusat gempa) pada suatu tempat
dapat ditentukan dengan
menggunakan beberapa cara.
· Menggunakan tiga tempat yang terletak pada satu
homoseista. Homoseista
adalah garis pada peta yang menghubungkan
tempat-tempat yang mengalami atau
mencatat gelombang primer pada waktu yang sama.
· Menggunakan tiga sismograf yang ditempatkan pada
sebuah stasiun gempa.
· Menggunakan tiga tempat yang telah diketahui jarak
episentralnya.
Jika dari stasiun A diketahui jaraknya adalah XA, dari
stasiun B adalah XB, dan
dari stasiun C adalah XC. Dengan titik A, B, dan C
sebagai pusat lingkaran, dibuat
lingkaran yang masing-masing beradius XA, XB, dan XC.
Ketiga lingkaran itu
berpotongan di sebuah titik. Maka titik itu merupakan
episentrum yang dicari.
Cobalah perhatikan gambar berikut ini.
Jarak episentral dapat dihitung dengan menggunakan
rumus Hukum Laska.
D = {(S – P) – 11} x 1 Megameter
Keterangan: D = Jarak episentral
S – P = selisih waktu antara gelombanga primer dan
sekundernya yang dicatat pada sismograf dalam satuan
menit.
11 = Satu menit merupakan pengurangan tetap.
1 megameter = 1.000 kilometer.
Klasifikasi gempa juga dapat dibedakan berdasarkan
pusat gempa (episentrumnya).
1) Berdasarkan bentuk episentrumnya
· Gempa linear memiliki episentrum berbentuk garis.
· Gempa sentral memiliki episentrum berbentuk titik.
2) Berdasarkan jarak episentrumnya
· Gempa setempat/lokal memilik i jarak episentrum
kurang dari 10.000 km.
· Gempa jauh memiliki jarak episentrum sekitar 10.000
km.
· Gempa sangat jauh memiliki jarak episentrum sekitar
10.000 km.
3) Berdasarkan letak episentrumnya
· Gempa darat memiliki letak episentrum di daratan.
· Gempa laut memiliki letak episentrum di dasar laut
atau permukaan laut.
B. TENAGA EKSOGEN
Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar
bumi. Tenaga ini bersifat merusak dan
mengikis kulit bumi, terutama pada bagian-bagian yang
tinggi, tetapi sebaliknya tenaga
eksogen mengisi bagian-bagian yang rendah. Faktor yang
berperan sebagai tenaga eksogen
adalah air, angin, organisme, sinar matahari, dan es.
Tenaga eksogen bisa menyebabkan
terjadinya pelapukan (
weathering), erosi, denudasi, tanah longsor, dan tana
h menjalar (soil creep). Jadi dengan
adanya tenaga eksogen, litosfer mengalami kerusakan
kemudian dibangun lagi oleh tenaga
endogen, lalu dirusak lagi oleh tenaga eksogen,
selanjutnya dibangun lagi oleh tenaga
endogen, dan seterusnya. Perhatikan gambar berikut!
A. BENTUK MUKA BUMI DI DARATAN
Dataran rendah
Dataran rendah merupakan suatu bentang alam tanpa
banyak memiliki perbedaan
ketinggian antara tempat yang satu dan tempat lainnya.
Daerah ini mempunyai ketinggian
mencapai 200 m di atas permukaan laut. Di Indonesia
banyak kita jumpai wilayah dataran
rendah yang terjadi dari hasil sedimentasi material
(tanah) yang dibawa oleh sungai-sungi
ke muara. Oleh karena itu, daerah ini juga disebut
dataran aluvial. Misalnya dataran aluvial
di Sumatera bagian timur, Jawa bagian utara,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur serta Irian Jaya bagian barat dan
utara. Di pulau-pulau lain juga terdapat
aluvial, tetapi ukurannya sempit. Daerah dataran
aluvial memiliki penduduk lebih padat
jika dibandingkan dengan daerah pegunungan karena
dataran aluvial biasanya merupakan
daerah subur.
Dataran tinggi
Suatu daerah yang mempunyai ketinggian lebih tinggi
dari daerah sekitarnya dan terbentuk
dari lapisan- lapisan batuan yang horizontal disebut
dataran tinggi (plato). Seperti halnya
daerah pegunungan, sukar untuk menentukan batasan
berapa ketinggian suatu daerah untuk
dapat disebut plato. Dataran tinggi biasanya lebih
rendah dari pegunungan yang
mempunyai ketinggian sekitar 700 m. misalnya Dataran
Tinggi Lembang, Dataran Tinggi
Bandung, dan Dataran Tinggi Dieng.
Pegunungan
Jika gunung-gunung terdapat dalam suatu kelompok, maka
bentang alam itu disebut
pegunungan, misalnya Pegunungan Kapur Utara,
Pegunungan Kendeng, Pegunungan
Schwaner, Pegunungan Kap uas Hulu di Kalimantan,
Pegunungan Alpen di Australia, dan
Pegunungan Himalaya di India bagian utara yang
berbatasan dengan RRC.
B. BENTUK MUKA BUMI DI LAUTAN
Permukaan dasar laut semula dianggap dalam keadaan
datar dan tidak mempunyai bentuk,
tetapi beberapa ilmu pengetahuan lainnya telah
membuktikan bahwa topografi dasar laut
memiliki bentuk yang kompleks seperti daratan.
Bentuk-bentuk muka bumi di dasar laut
adalah sebagai berikut.
Bentuk relief dasar lautan utama
a) Continental shelf (landas kontinen) ialah relief
dasar laut paling tepi yang
mengalami penurunan landai mulai dari pantai ke arah
tengah lautan. Kemiringan
ke arah laut umumnya kurang dari satu derajat.
Beberapa lembah sungai continental
shelf merupakan bukti bahwa suatu ketika continental
shelf merupakan massa
daratan yang kemudian tenggelam dan mempunyai
kedalaman antara 0-200 m.
b) Continental slope (lereng benua) ialah relief dasar
laut yang letaknya berbatasan
dengan continental shelf, ke arah laut lerengnya
menjadi curam membentuk
continental shelf. Sudut kemiringan biasanya tidak
lebih dari lima derajat dan zona
ini mencapai kedalaman antara 200-2.000 m.
c) Deep sea plain ialah relief dasar laut yang
letaknya berbatasan dengan continental
slope. Relief di zona ini bentuknya bervariasi, mulai
dari yang rata sampai yang
berpegunungan atau berbentuk plato. Kadang-kadang juga
terdapat puncak vulkanik
yang muncul di atas permukaan laut. Daerah ini
meliputi dua pertiga dari seluruh
dasar laut dan terletak pada kedalaman antara
2.000-3.000 m.
d) The deeps ialah relief dasar laut yang paling dalam
dan dikarakterisasikan dengan
adanya palung yang mencapai kedalaman lebih dari 6.000
m.
BERBAGAI BENTUKAN YANG BERKAITAN DENGAN VULKANISME
A. PENGERTIAN VULKANISME
Vulkanisme ialah peristiwa alam yang berhubungan dengan
pembentukan gunung api,
yaitu pergerakan magma di kulit bumi (litosfer)
menyusup ke lapisan lebih atau ke luar
permukaan bumi. Jadi, gejala vulkanisme itu mencakup
peristiwa intrusi magma dan
ekstrusi magma.
B. GEJALA VULKANISME
INTRUSI MAGMA
Intrusi magma adalah proses terobosan magma ke dalam
lapisan kulit bumi (litosfer) tetapi
tidak sampai keluar dari permukaan bumi.
Bentuk Intrusi magma Sebagai berikut :
a) Batolit adalah batuan beku yang terbentuk dalam
kapur magma karena penurunan
suhunya yang sangat lambat.
b) Lakolit adalah batuan beku yang terjadi pada dua
lapisan litosfer dan bentuknya
menyerupai lensa cembung
C. c) Keping intrusi atau sill adalah sisipan magma
yang membeku di antara dua
lapisan litosfer tidak cembung dan relatif tipis serta
melebar
c) Gang atau dike/retas (korok) adalah batuan hasil
intrusi magma yag memotong
lapisan-lapisan litosfer dengan bentuk piph atau
lempeng.
d) Apofisa adalah gang yang relatif kecil dan
merupakan cabang gang
e) Diatrema adalah batuan pengisi pipa letusa n yang
berbentuk silinder mulai dari dapur
magma sampai ke permukaan bumi.
EKSTRUSI MAGMA
Ekstrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma
keluar permukaan bumi yang
menyebabkan terbentuknya vulkano atau gunung api.
Jadi, semua bentuk ekstrusi magma
serta prosesnya dimasukkan dalam pengertian istilah
vulkanisme.
Erupsi berdasarkan bentuk lubang keluarnya magma
dibedakan sebagai berikut :
a. Erupsi Linier
b. Erupsi Areal
c. Erupsi Sentral
GEJALA PASCA VULKANISME, PEMANFAATAN
A. GEJALA PASCAVULKANISME
Gejala pascavulkanisme ditandai dengan kegiatan
sebagai berikut.
1) Sumber gas atau ekshalasi mengeluarkan gas- gas
sebagai berikut.
· Gas belerang (H2S) yang dinamakan solfatar, terdapat
di Gunung Welirang,
Gunung Arjuna, dan Gunung Anjasmoro (Jawa Timur).
· Gas uap air (H2O) yang dinamakan fumarol, terdapat di
Kawah Kamojang
(Jawa Barat), Pegunungan Dieng (Jawa Tengah), dan
Sulawesi Utara.
· Gas asam arang (CO2) yang dinamakan mofet terdapat di
Kawah Timbang
dan Sinila Diaeng (Jawa Tengah), Gunung Tangkuban
Perahu, Gunung
Papandayan, Ciremekati (Jawa Barat), dan Kawah Ijen
(Jawa Timur).
2) Sumber air panas (term) letaknya di Cipanas (Jawa
Barat), Baturaden (Jawa
Tengah), dan Cangar (Jawa Timur).
4) Sumber air mineral (makdani), misalnya zat belerang
yang terdapat di Maribaya
(Jawa Barat) dan Baturaden (Jawa Tengah).
5) Geyser adalah air panas yang memancar dari dalam
bumi, biasanya tidak memancar
terus- menerus, tetapi secara berkala. Misalnya di
Cisolok (Jawa Barat).
B. MANFAAT GUNUNG API
Manfaat adanya gunung api adalah sebagai berikut.
1) Abu vulkanik yang dikeluarkan oleh gunung api
bersifat menyuburkan tanah
pertanian di sekitarnya sehingga dapat meningkatkan
produksi pertanian penduduk.
2) Bahan galian gunung berapi, misalnya bijih logam,
besi, emas, tembaga, dan perak
biasanya terdapat di daerah bekas vulkan (gunung
berapi).
3) Hasil letusan dapat digunakan sebagai bahan
bangunan (pasir batu).
4) Daerah gunung berapi yang tinggi, misalnya Gunung
Semeru dan Gunung Merapi
biasanya dapat dipakai sebagai daerah penangkap hujan.
5) Dapat memberikan kemungkinan adanya irigasi yang
baik serta PLTA.
6) Memberi kemungkinan untuk mengusahakan bermacam-
macam tanaman budidaya.
7) Dapat dijadikan sebagai objek wisata yang menarik
dengan adanya gejala
pascavulkanisme, seperti Pegunungan Dieng, Gunung
Bromo, dan Kawah Tiga
Warna di Flores.
BENTUK MUKA BUMI YANG BERKAITAN DENGAN EROSI,
DENUDASI DAN SEDIMENTASI
A. BENTUK MUKA BUMI AKIBAT PROSES EROSI
Erosi adalah peristiwa hilangnya dan terangkutnya
runtuhan batuan oleh suatu tenaga di
permukaan tanah, misalnya dilakukan oleh air, angin,
atau gletser. Air yang mengalir di
sungai melakukan erosi terhadap batuan yang
dilaluinya, baik pada bagian tepi maupun
pada bagian dasar sungainya.
Erosi oleh sungai
Proses erosi sungai dapat menentukan tingkat usia
sungai.
a) Stadium muda (young stream)
Sungai dikatakan dalam stadium muda apabila terjadi
ketidakseimbangan antara proses
erosi dan sedimentasi, di mana erosi jauh lebih besar
dibandingkan dengan sedimentasi.
Tanda-tandanya adalah
· proses erosi sangat aktif, baik erosi ke bawah
maupun erosi ke samping.
· lembahnya mempunyai lereng yang terjal (berbentuk huruf
V)
· banyak dijumpai air terjun (waterfall)
· pengikisan vertikal lebih kuat dibandingkan dengan
pengikisan horizontal
b) Stadium dewasa (mature stream)
Sungai dikatakan dalam stadium dewasa apabila sudah
terdapat keseimbangan antara
proses erosi dan sedimentasi. Tanda-tandanya adalah
· kecepatan alirannya berkurang
· lerengnya tidak tidak terlalu tajam (berbentuk huruf
U)
· erosi ke bawah sudah tidak begitu kuat
c) Stadium tua (old stream)
Sungai dikatakan dalam stadium tua apabila pada bagian
hilirnya terjadi pengendapan yang
sangat besar, sedangkan di bagian hulunya hanya
terjadi sedikit sekali atau sama sekali
sudah tidak ada erosi. Tanda-tandanya adalah
· proses erosi sangat kecil, sedangkan proses
sedimentasi sangat besar
· terdapatnya dataran banjir (flood plain), yaitu
daerah di kiri dan kanan sungai apabila
sungai mengalami banjir akan tergenang dan terdapat
endapan-endapan material, sewaktu
air telah surut endapan material tersebut tertinggal
· dijumpai adanya meander
Erosi oleh air laut (abrasi)
a) Desakan yang kuat dari gelombang yang memecah
pantai mempunyai pengaruh
langsung pada pantai dan secara tidak langsung menekan
air yang terjebak di dalam
retakan batuan dan batuan itu mengalami retakan lebih
besar lagi ketika air kembali ke
laut.
b) Pecahan-pecahan batuan di dalam air menggelinding
pada dasar cliff yang akhirnya
melahirkan proses korasi. Proses ini bisa terjadi di
pantai-pantai yang terdiri atas batuan
yang mudah larut, misalnya batu kapur. Akibat erosi
dari pelarutan kalsium karbonat
oleh air menyebabkan batuan menjadi melemah dan
akhirnya hancur.
c) Cliff atau tebing pantai
Cliff adalah pantai dengan batuan keras yang terjal de
ngan pegunungan yang curam.
Perjaan erosi laut terjadi pada zona yang relatif
sempit dan datar sehingga cliff tidak
stabil dan runtuh. Jika muka cliff yang mundur
tertinggal oleh dasar yang telah dierosi
maka disebut wave cut platform. Pada tempat ini
material hasil erosi diendapkan.
d) Cave (gua), arch, stack, dan stump
Pengerjaan erosi laut mencapai batuan yang lembut di
sepanjang dasar cliff, seperti
pada garis patahan atau sejenisnya karena erosi ini
mungkin terjadi bentuk yang disebut
cave (gua). Jika cave ini terbentuk pada kedua sisi
erosi yang berkelanjutan akan terus
menerobos dan kedua gua itu bersatu sehingga
terjadilah arch. Arch ini terus menerus
terkena erosi, yang tertinggal hanya tiang-tiang batu
yang berdiri jauh dari cliff, ini
yang disebut stack. Erosi pada dasar stack terus
berlangsung sehingga stack itu runtuh
dan terdapat di bawah permukaan air laut dan ini yang
disebut stump.
e) Pantai fjord adalah pantai yang berlekuk- lekuk
jauh menjorok ke arah daratan (seperti
teluk yang sempit), tebingnya sangat curam, lembahnya
berbentuk huruf V dan
biasanya dasar lautnya dalam, tetapi ambangnya dangkal.
B. BENTUK MUKA BUMI AKIBAT PROSES SEDIMENTASI ATAU
PENGENDAPAN
Seperti telah diketahui bahwa bahan-bahan yang
diangkut oleh air yang mengalir,
gelombang dan arus laut, angin, dan gletser, pada
suatu waktu akan diendapkan di suatu
tempat, entah untuk sementara waktu atau untuk jangka
waktu yang lama. Hal ini
disebabkan zat pengangkut memperlambat gerakannya atau
berhenti sama sekali.
Jika disimpulkan maka sedimentasi itu dapat terjadi
apabila daya angkut zat berkurang
dan beban yang harus diangkut terlalu banyak sehingga
melebihi daya angkut zat yang
bersangkutan.
Proses sedimentasi oleh sungai
a) Floodplain merupakan endapan atau dataran banjir.
Menurut tempatnya dapat
dibedakan menjadi channel bar, delta bar, meander bar,
dan tanggul alam.
· Channel bar adalah endapan yang terdapat di tengah
lembah sungai.
· Delta bar adalah endapan di muara anak sungai pada
sungai induk.
· Meander bar adalah endapan yang terdapat di tikungan
dari meander.
· Tanggul alam adalah punggungan rendah di tepi sungai
yang terbentuk
akibat banjir.
b) Delta merupakan endapan yang terdapat di muara
sungai dan memiliki bentuk
seperti delta atau segitiga.
C. BENTUK MUKA BUMI AKIBAT PROSES DENUDASI
Denudasi adalah proses pengelupasan batuan induk yang
telah mengalami proses
pelapukan atau akibat pengaruh air sungai, panas
matahari, angin, hujan , embun beku dan
es yang bergerak ke laut. Pada umumnya denudasi
terdapat pada lereng- lereng pegunungan
yang dipengaruhi oleh gaya berat dan erosi sehingga
bagian terluar terangkat dan daerah
tersebut akan mengalami ketandusan karena tidak
mempunyai lapisan tanah lagi.
Pada daerah kapur terjadi pelapukan kimiawi (bukan
organis) , daerah kapur berup a daerah
pegunungan dengan perbedaan suhu antara siang dan
malam tidak terlalu besar.
Iklim Hujan tropis
Iklim hujan tropis terjadi banyak hujan akibatnya
tingkat erosi tinggi. Karena tingkat erosi
yang tinggi mengakibatkan perubahan bintang alam yang
ditunjukkan oleh adanya :
1. bukit sisa
2. lahan kritis
3. dataran fluvial
PENGARUH BENTUK MUKA BUMI TERHADAP KEHIDUPAN
A. KEHIDUPAN DI DATARAN RENDAH
Penduduk di daerah pantai pada umumnya bekerja di laut
sebagai nelayan, berdagang,
dan sebagai petani garam karena letak wilayahnya dekat
dengan laut dan pelabuhan. Di
samping itu, banyak yang bekerja di sektor pertanian
sebagai petani sawah dan tegalan.
Di daerah pantai yang landai dijumpai adanya tambak
udang dan bandeng.
B. KEHIDUPAN DI DATARAN TINGGI ATAU PLATO
Penduduk yang hidup di daerah yang berbentuk
horizontal bekerja di sektor pertanian
sebagai petani sawah atau ladang, di tegalan,
perkebunan, dan kehutanan, sedangkan
daerah stepa banyak diusahakan untuk sektor
peternakan.
C. KEHIDUPAN DI DAERAH PEGUNUNGAN
Penduduk di daerah pegunungan umumnya bekerja di
sektor perkebunan. Namun di
daerah ini tidak semua tanaman dapat hidup. Makin
tinggi suatu tempat, makin rendah
suhu di daerah tersebut sehingga jenis usahan
perkebunan yang ada berupa pertanian
hortikultura, perkebunan teh, kina dan sebagainya.
PERSEBARAN BENTUK MUKA BUMI DAN POTENSINYA SEBAGAI
PENUNJANG KEHIDUPAN
Bentuk muka bumi dapat memberikan potensi sebagai
penunjang kehidupan. Suatu daerah
yang bercirikan homogenitas tertentu, berkenaan dengan
iklim dan kondisi alam lainnya.
Bentuk muka bumi yang berbeda dapat menimbulkan corak
kehidupan pendudukan yang
berbeda pula. Namun, di daerah dengan relief yang sama
pun dapat terjadi corak kehidupan
penduduk yang berbeda, misalnya karena keadaan iklim
yang berbeda.
a. Daerah dataran rendah dikembangkan untuk usaha:
· pertanian, khususnya jenis tanaman budidaya berupa
padi, tembakau, karet, kelapa,
dan tebu.
· industri, hal ini jika faktor pendukung, baik bahan
baku, transportasi, maupun
pemasaran memungkinkan.
· perikanan dan peternakan.
b. Daerah pegunungan rendah, dikembangkan untuk usaha
· perkebunan teh, sayur-sayuran, buah-buahan
· peternakan yang cocok dilakukan di daerah plato.
c. Daerah pegunungan tinggi dikembangkan untuk tanaman
pinus.
d. Daerah zona dingin tidak terdapat tanaman
budidaya.
Persilangan antara jagung lokal dan jagung hibrida
mengakibatkan lebih banyak produksi
jagung dengan penambahan unsur Pupuk.